By: Wahyudin Sitorus, S.Farm
Tahun: 2012
Sitobufarma Drugs Consultant
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Apa tujuan kita
mengkonsumsi obat? Pasti jawabnya adalah untuk sembuh dari penyakit yang kita
derita. Apakah hanya dengan mengkonsumsi obat begitu saja kita akan sembuh?
Bahkan, saya pernah mendengar sesorang bicara, kalau missal dia kumpulkan obat
yang telah dia konsumsi, mungkin sudah ada satu bakul, katanya. Saya tidak
dapat menjamin Anda akan sembuh dari penyakit jika Anda hanya mengkonsumsi
obat, apalagi antibiotik, jika cara pakainya salah saya bisa menjamin Anda
bukan mendapatkan kesembuhan, justru menambah sulit sembuh penyakit Anda.
Sebelum membahas bagaimana cara yang benar dalam
menggunakan antibiotik, sedikit akan dijelaskan mengenai antibiotik tersebut. Awalnya,
antibiotik itu didefinisikan sebagai suatu zat yang dilepaskan oleh suatu
organisme yang dapat menekan pertumbuhan organisme lainnya. Namun, saat ini
defenisi tersebut sudah mencakup antimikroba sintesis. Penisilin adalah
antibiotik yang ditemukan oleh Alexander Fleming pada tahun 1928 saat meneliti
di salah satu rumah sakit di London. Namun, dengan berkembangnya teknologi saat
ini sudah banyak dikembangkan turunan dari penisilin tersebut, bahkan ada juga
antibiotik golongan-golongan lainnya yang sudah ditemukan dan sudah digunakan
dalam terapi.
Untuk
dapat memberikan efek terapi, suatu obat harus mencapai konsentrasi tertentu di
dalam darah, dan konsentrasinya tersebut tidak sama untuk semua jenis obat
(membahas antibiotik). Dengan demikian dibuatlah suatu sediaan dengan dosis dan
cara pakai tertentu. Jadi untuk mendapatkan terapi yang diinginkan, konsentrasi
obat dalam darah harus dipertahankan pada konsentrasi terapi. Untuk mempermudah
memahaminya saya akan buat dalam bentuk grafik sederhana.
Jadi, Supaya kita
mendapatkan efek terapi optimal suatu obat, kita harus mempertahankan
konsentrasi obat dalam darah pada konsentrasi terapi (berwarna hijau) selama
mengkonsumsi obat. Biasanya, dosis dan cara pakai yang dianjurkan oleh Apoteker
saat menyerahkan obat akan memberikan konsentrasi terapi, jika pasien mengikuti
anjuran yang diberikan Apoteker. Makanya, ada obat yang diberikan Sekali
sehari, dua kali sehari, tiga atau ada yang empat kali sehari.
Bagian bawah konsentrasi terapi berbatasan dengan
konsentrasi subterapi. Apabila selama konsumsi obat, konsentrasi obat hanya
dicapai pada konsentrasi subterapi, maka kemungkinan besar pasien tidak akan
sembuh dari infeksi yang dideritanya, justru malah akan menambah kekuatan
penginfeksi karena penginfeksi akan membentuk system pertahanan yang baru yang
lebih kuat (resistensi). Sedangkan pada bagian atas Konsentrasi terapi
berbatasn dengan konsentrasi toksik. Dimana, apabila konsentrasi obat dalam
darah mencapai konsentrasi toksik dapat menyebabkan kercunan obat pada pasien.
Keracunan obat dapat bersifat fatal bahakan dapat menyebabkan kematian pada
obat-obat yang memiliki range terapi sempit. Sehingga, biasanya kalau di rumah
sakit, obat-obat yang memiliki range terapi sempit, kadar obat dalam darah
pasien harus selalu dikontrol.
Apa saja hal-hal yang memungkinkan terjadinya obat pada
konsentrasi subterapi atau pada konsentrasi toksik?? Jawaban utamanya adalah
KETIDAKPATUHAN PASIEN dalam hal cara dan waktu mengkonsumsi obat sesuai dengan
yang dianjurkan apoteker.
Misal. Ada suatu antibiotik yang diresepkan, cara
pakainya sehari tiga kali satu tablet. Bagaimanakah Anda memahami cara tersebut?
Bisa saya pastikan, Anda akan meminum obat tersebut tiga kali sehari setiap
habis makan. Demikian bukan? Apakah cara ini benar?? Cara yang benar bukanlah
demikian.
Oke. Mari kita bahas dimana kesalahannya dan bagaimana
cara yang benarnya?
Sehari, normalnya kita makan tiga kali. Sarapan pagi (jam
7), makan siang (jam 1 siang) dan makan malam (kira-kira jam 8). Kalau
mengikuti ini pola konsumsi obat antibiotic yang carapa pakai sehari 3 kali,
apa yang akan terjadi?? Mari kita lihat. Jarak antara dari jam 7 pagi-1 siang
adalah 6 jam, dari jam 1siang-8 malam adalah 7 jam dan jarak dari jam 8 malam-7
pagi lagi adalah 11 jam. Jadi, jika kita mengikuti pola ini maka jarak waktu
konsumsi obat adalah 6, 7, dan 11 jam. Pola jarak waktu konsumsi yang tidak
teratur inilah yang akan memungkin terjadinya konsentrasi obat dalam darah pada
daerah subterapi ataupun pada konsentrasi toksik. Jarak yang terlalu dekat akan
menimbulkan konsentrasi obat mencapai konsntrasi toksik, sebaliknya jarak yang
terlalu jauh akan memungkinkan konsentrasi obat dalam darah pada konsentrasi
subterapi.
Setelah kita melihat kesalahan di atas, maka akan dibahas
bagaimana cara yang benar. Bagaimana kira-kira menurut Anda? Saya yakin, Anda
sudah akan mengerti. Yup, kita meminum obatnya tiga kali sehari, setiap delapan
jam. Apakh ini harus? Iya, harus. Jika tidak, kejadian seperti yang salah di
atas. Anda dapat merancang sendiri kapan saja anda akan meminum obat antibiotik
supaya tidak meminumnya pada waktu yang terlalu malam atau terlalu pagi. Atau
Anda dapat menanyakan kepada apoteker di apotek saat Anda membeli obat, supaya
dirancang kapan saja waktu Anda meminum obat.
Sama halnya untuk obat antibiotik dengan cara minum 1, 2,
atau 4 kali sehari. Kalau yang satu kali berarti diminum setiap 24 jam, dua
kali sehari berarti diminum setiap 12 jam dan kalau empat kali sehari diminum
setiap enam jam.
Selain yang di atas, apalagi masalah yang sering terjadi
sehingga pengobatan dengan antibiotik gagal? PASIEN TIDAK MENGKONSUMSI OBAT
SAMPAI HABIS. Kadang, satu sampai tiga kali kita minum obat sudah mulai terasa
mendingan, sehingga kita STOP meminum obat, padahal obat antibiotik yang
diresepkan masih tersisa. Ini juga akan menjadi problem pada pasien. Kenapa?
Kemungkinan besar, jika sejumlah obat yang diresepkan dokter tidak kita
habiskan, maka penginfeksi yang menyerang tubuh kita belum sempat tereradikasi
(terbunuh) semua. Sisa-sisa yang belum terbunuh inilah yang dapat berkembang
biak kembali dan akan menginfeksi ulang pada tubuh Anda. Jangan harap, akan
sembuh lagi dengan meminum antibiotik dengan jenis dan dosis yang sama untuk
mengobati infeksi ulang ini. Biasanya, penginfeksi juga sudah resisten dengan
obat yang sebelumnya.
Jadi, sangat penting untung mematuhi anjuran yang
diberikan oleh apoteker supaya pasien dapat sembuh dari penyakitnya (terutama
pengobatan infeksi dalam hal ini). Saat menebus resep ke apotek, tanyakan pada
apoteker apakah dalam resep terdapat antibiotic atau tidak, bagaimana waktu dan
cara meminum obat yang diresepkan. Bila perlu, minta apoteker untuk merancang
kapan Anda harus meminum obat.
Demikianlah sedikit mengenai cara
pakai/konsumsi antibiotik yang baik dan benar, semoga dapat membantu Anda. Jika
ada kritik maupun saran serta pertanyaan silahkan komen pada blog ini atau kirim
lewat email: wahyudinsitorus78@gmail.com
Maaf untuk minum antibiotik 3x sehari di bulan puasa bagai mana?
BalasHapusMaaf untuk minum antibiotik 3x sehari di bulan puasa bagai mana?
BalasHapusSaya minum antibiotik setelah berbuka, kemudian, saya tertidur dan bangun lagi jam setengah 2 pagi untuj minum obat lagi, saya bingung apakah saya harus minum lagi antibiotiknyavjam 4 pagi. Tolong masukannya.. Makasih..
BalasHapus